Laki-Laki dan Perempuan
Laki-laki dan perempuan itu berbeda.
Jadi begini ceritanya. Suatu hari jaman dahulu kala, laki-laki memakan apel satu buah lalu tersangkut di leher. Perempuan memakan apel dua buah lalu tersangkut di dada. Dan mereka berdua dilempar sejauh-jauhnya lemparan. Dihukum. Katanya. Dihukum? Ya. Seperti apa? Seperti ini.
Laki-laki suka ngibul. Suka sekali. Kata si perempuan. Tentang apapun. Nggak mesti dibatasi. Pokoknya apapun.
Perempuan suka berlebih-lebihan. Suka berkali-kali. Nggak cukup sekali. Kata si laki-laki. Lalu si perempuan menangis. Nah kan. Ngapain mesti nangis segala sih? Kata si laki-laki. Dasar kamu. Sebab kamu melukai aku. Kata si perempuan. Ohya? Coba buktikan aku melukaimu. Kata si laki-laki.
Oh mari sini. Lihat, hatiku berdarah. Kata si perempuan. Mana? Mana? Aku nggak melihat tuh ada darah keluar dari hatimu. Kamunya juga sama aja sih, tukang ngibul ternyata, hahahahaha. Kata si laki-laki sambil tertawa menang. Oh ya tentu saja ada darah. Kata si perempuan. Ia mengalir seperti airmata, hanya saja, keluarnya melalui vagina. Setiap bulan. Setiap bulan kami menangis. Menangisi kalian. Berdarah karena kalian.
Si laki-laki bingung. Lalu diam. Ia tidak tahu mesti menjawab apa. Yang ia tahu, ia pun menangis, meski nggak harus setiap bulan. Menangis lalu mengeluarkan airmatanya melalui penis. Tapi ia tidak menyalahkan. Ia justru menikmati.
...
Begitulah. Laki-laki dan perempuan itu berbeda. Dari dulunya.
Jadi begini ceritanya. Suatu hari jaman dahulu kala, laki-laki memakan apel satu buah lalu tersangkut di leher. Perempuan memakan apel dua buah lalu tersangkut di dada. Dan mereka berdua dilempar sejauh-jauhnya lemparan. Dihukum. Katanya. Dihukum? Ya. Seperti apa? Seperti ini.
Laki-laki suka ngibul. Suka sekali. Kata si perempuan. Tentang apapun. Nggak mesti dibatasi. Pokoknya apapun.
Perempuan suka berlebih-lebihan. Suka berkali-kali. Nggak cukup sekali. Kata si laki-laki. Lalu si perempuan menangis. Nah kan. Ngapain mesti nangis segala sih? Kata si laki-laki. Dasar kamu. Sebab kamu melukai aku. Kata si perempuan. Ohya? Coba buktikan aku melukaimu. Kata si laki-laki.
Oh mari sini. Lihat, hatiku berdarah. Kata si perempuan. Mana? Mana? Aku nggak melihat tuh ada darah keluar dari hatimu. Kamunya juga sama aja sih, tukang ngibul ternyata, hahahahaha. Kata si laki-laki sambil tertawa menang. Oh ya tentu saja ada darah. Kata si perempuan. Ia mengalir seperti airmata, hanya saja, keluarnya melalui vagina. Setiap bulan. Setiap bulan kami menangis. Menangisi kalian. Berdarah karena kalian.
Si laki-laki bingung. Lalu diam. Ia tidak tahu mesti menjawab apa. Yang ia tahu, ia pun menangis, meski nggak harus setiap bulan. Menangis lalu mengeluarkan airmatanya melalui penis. Tapi ia tidak menyalahkan. Ia justru menikmati.
...
Begitulah. Laki-laki dan perempuan itu berbeda. Dari dulunya.