Tentang Amba

“Jika keadaannya berbeda, aku pasti menikahimu.”

Sewaktu kecil dulu (antara kelas 2 - 3 SD), seperti kebanyakan anak laki-laki sepantaran, saya membaca komik Mahabharata bikinan RA Kosasih. Anak laki-laki senang membaca komik itu karena banyak adegan perang. Banyak jagoan. Biasalah, namanya juga anak laki-laki. Tapi saya ‘kan anak perempuan. Nggak suka perang-perangan.

Setiap menamatkan 1 komik, saya bertanya pada Ayah, kenapa si ini begini, si itu begitu? Lalu Ayah akan menjelaskan dengan rinci dalam bahasa yang sanggup dimengerti seorang anak kecil seusia saya.

“Kenapa Bhisma jahat pada Amba?” tanya saya suatu hari, agak marah karena kecewa pada Bhisma tapi masih terlalu kecil untuk paham apa itu sumpah dan apa itu supata. Ayah menjawab sambil bercerita. (Kelak ketika dewasa saya paham bahwa Ayah memperhalus apa yang ia baca baik dari komik maupun dari kitab. Kitab Mahabharata.)

Kitab Mahabharata adalah sebuah epos yang terdiri dari 18 kitab berisi masing-masing kejadian dari awal mula para leluhur Pandawa dan Kurawa hingga mereka kemudian mangkat di padang Kurukshetra.

Di antara para ksatria yang dikisahkan, tersebutlah seorang laki-laki bernama Bhisma Dewabrata, putra Prabu Sentanu. Bhisma terlahir gagah seindah dewa. Bhisma semula adalah satu-satunya putera mahkota kerajaan Hastinapura. Ketika ayahnya bermaksud menikah lagi, calon istri kedua dari Prabu Sentanu meminta syarat yaitu agar putera mahkota kelak diwariskan pada keturunannya, bukan keturunan istri pertama Prabu Sentanu, Dewi Gangga, ibunda Bhisma. Prabu Sentanu menyanggupi. Mengetahui hal itu, Bhisma menghormati keputusan ayahnya dan bersumpah tidak akan menikah seumur hidupnya agar tidak memiliki keturunan.

Ketika Wicitra adik Bhisma beranjak dewasa, Bhisma mencarikan jodoh untuknya. Bhisma menang dengan mudah dalam sebuah sayembara pertarungan yang merebutkan puteri-puteri Kerajaan Kasi: Amba, Ambika, Ambalika. Ketiga puteri tadi diboyong Bhisma pulang ke Kerajaan Hastinapura.

Amba sebetulnya sudah memiliki kekasih bernama Salwa tapi jatuh hati saat melihat Bhisma. Ketika mereka semua tiba di Istana Hastinapura, Bhisma berterusterang bahwa ketiganya akan dinikahkan pada adiknya. Ambika dan Ambalika tak menolak. Wicitra menikahi Ambika dan melahirkan Dhestarata, yang kemudian beranak seratus Kurawa. Wicitra juga menikahi Ambalika dan melahirkan Pandu, yang kemudian beranak lima Pandawa.

Sedangkan Amba, Amba bersikukuh. Yang ia inginkan hanya Bhisma. Dalam kebimbangan Bhisma berkata, ia terlanjur bersumpah untuk selibat. Amba murka. Hatinya tercabik. Ia tak bisa kembali pada Salwa, tapi juga tertolak oleh Bhisma. Amba kemudian menantang Bhisma. Bhisma menahan kemarahan Amba yang tak terelakkan. Sebilah panah melesat tanpa sengaja tertancap di dada Amba yang kemudian jatuh bersimbah darah.

Bhisma terkejut. Ia mendekap tubuh Amba dan berbisik: “Maafkan aku, Amba. Jika keadaannya berbeda, aku pasti menikahimu.”

Amba bersupata. Ia akan bereinkarnasi pada tubuh seorang ksatria yang akan membunuh Bhisma, kelak di kemudian hari. Supata disaksikan seluruh dewa.

Dalam Kitab Bhismaparwa, salah satu dari 18 Kitab Mahabharata, dikisahkan di hari ke sepuluh perang Bharatayudha di padang Kurukshetra, panah Srikandi titisan Amba menembus tubuh Bhisma dalam kepasrahan. Bhisma bersukacita menjemput takdirnya menemui Amba.

* * *

Puluhan tahun lamanya saya biarkan kisah itu berjalan dalam ingatan saya dari waktu ke waktu. Kisah yang sulit saya cerna sebab saya tetap menyalahkan Bhisma. Bhisma yang seindah dewa. Bhisma yang cinta sekaligus jahat pada Amba. (Ya, oke, banyak penggalan kisah dalam Mahabharata yang sulit saya cerna bahkan ketika saya telah dewasa.)

* * *

Dua tahun lalu saya melihat sebuah buku muncul di daftar Goodreads (sebuah situs tempat para penggemar buku), berjudul Amba, karya Laksmi Pamuntjak. Ingatan saya sontak bergerak mundur jauh ke belakang. Tapi bukan, ini bukan kisah Mahabharata. Saya percaya nggak banyak orang mengenal sepasang Amba dan Bhisma sebagaimana saya. Ketika kecil dulu, nggak banyak teman membaca Mahabharata sebagaimana saya. Anak laki-laki senang membaca komik karena banyak adegan perang. Banyak jagoan. Tapi saya ‘kan anak perempuan.

Saya pun kemudian membaca buku itu.

"Di Pulau Buru, laut seperti seorang ibu: dalam dan menunggu."
(Halaman pertama. Permulaan yang baik, kata saya dalam hati. Dan saya menyukai kalimat pembukanya.)
"Tapi, sesekali, sesuatu bisa terjadi di pulau ini—sesuatu yang begitu khas dan sulit diabaikan—dan orang, hanya bisa membicarakannya sambil berbisik. Seperti kisah Amba dan Bhisma ini."

Dhug! Sebuah palu imajiner muncul menggetok kesadaran saya yang enggan melihat kembali kisah sepasang Amba dan Bhisma yang begitu rapuh dan membingungkan. Begitu singkat sekaligus begitu abadi. Begitu candu.

Saya melanjutkan membaca, menyelami Amba, lembar demi lembar.

"Seorang lelaki harus dibikin jatuh cinta selamanya pada seorang perempuan agar ia tak pergi." (Amba, hal. 252).

Bandung, 2015

* * *

Catatan:

Kepada siapapun yang ingin membaca buku Amba ini, saya beritahu sesuatu, percayalah, ini bukan kisah yang kamu bayangkan hanya karena kamu membaca tulisan saya di atas. Laksmi Pamuntjak melakukan riset yang detil dan komprehensif selama 8 tahun: mewawancara, menganalisa, mewawancara lagi, menganalisa lagi, begitu seterusnya hingga lahirlah buku ini. Buku tentang belasan ribu manusia yang dituduh komunis dan seketika dibuang ke Pulau Buru di awal masa Orde Baru berkuasa. Ada juga yang dieksekusi di tempat. Semuanya tanpa peradilan. Kemudian kamu akan tahu, sejarah tidak melulu seperti yang kamu baca di buku-buku sekolah. Jika kemudian kamu ragu, pahamilah, mereka yang berkuasalah yang akan menentukan kemana arah cerita sebuah bangsa. Setelah kamu paham, jangan tak peduli, sebab sewaktu-waktu sejarah bisa berulang dalam kisah yang berbeda, pola yang serupa.

"Sejarah adalah langkah seorang raksasa yang tak punya hati." (Amba, hal. 526).

Lalu ucapan Bhisma: “Jika keadaannya berbeda, aku pasti menikahimu.” itu bukan berasal dari komik Mahabharata, bukan juga dari kitabnya. Itu berasal dari imajinasi saya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klotok Boat Drag Race

Misteri Arak Cina

Nirvana In Fire (2015)