Nirvana In Fire 2: The Wind Blows In Changlin (2017)

50 eps. Alur cerita 20/10 (no, you didn't read it wrong). Akting 10/10. Sinematografi 8.5/10. Musik 9/10.

Every sequel has its biggest problem: they will always be compared to its prequel. 
 
Peringatan (spoiler alert)tulisan ini mungkin membocorkan jalan cerita baik serial Nirvana In Fire (NIF) maupun Nirvana In Fire 2: The Wind Blows In Changlin (NIF 2)

Jika sebagian penggemar NIF merasa kecewa dengan NIF 2 karena ceritanya tidak saling berhubungan secara langsung, saya justru sebaliknya. Bagi saya, tidak ada yang perlu dilanjutkan dari cerita NIF yang pertama, karena apa yang menjadi pokok persoalannya telah terselesaikan. Lalu mereka juga berpendapat bahwa konflik dalam NIF 2 tidak serumit NIF yang pertama. Bagi saya, setiap kisah memiliki kekuatan cerita masing-masing. Tidak harus memiliki konflik yang rumit. Dan justru itulah bedanya, jika NIF yang pertama terfokus pada intrik dan politik kerajaan, maka  NIF 2 lebih mengangkat sisi sentimental mengenai hubungan antar anggota keluarga kekaisaran Da Liang. 

NIF 2 mengambil rentang waktu sekitar 50 tahun kemudian dari pendahulunya. Karena ceritanya tidak saling berhubungan, penonton bisa saja menikmati sekuelnya terlebih dahulu. Akan tetapi, feeling yang didapat tentu saja berbeda. 
 
Tokoh yang paling berperan dalam NIF 2 adalah Xiao Tingsheng. 

Kilas balik, Xiao Tingsheng adalah putera pertama Pangeran Qi, anak tertua Kaisar (dalam NIF pertama) yang pertama kali diangkat sebagai Pangeran Mahkota. Tetapi Pangeran Qi kemudian dihukum mati dengan tuduhan pemberontakan terhadap kekaisaran Da Liang. Saat kejadian, Tingsheng baru saja lahir. Tingsheng bayi diselamatkan oleh Xiao Jingyan, adik Pangeran Qi. Demi menghindari balas dendam di kemudian hari, Xiao Jingyan menyembunyikan fakta bahwa Tingsheng adalah putera Pangeran Qi. Xiao Jingyan kemudian menyelundupkan Tingsheng kembali ke istana dan ia tumbuh hingga remaja di sana. Tingsheng pun diangkat menjadi anak pertama Xiao Jingyan. 

Xiao Tingsheng berguru pada Mei Changsu hingga kelak ketika dewasa ia menjadi sangat piawai mengelola dan memerintah pasukan militer Changlin. Pasukan Changlin adalah pasukan terkuat yang dibentuk oleh Xiao Jingyan ketika telah diangkat menjadi Kaisar, untuk melawan invasi di wilayah utara. Sedangkan Changlin merupakan gabungan kata Mei Changsu/Lin Shu, sosok yang paling disayangi dan dihormati oleh Kaisar Xiao Jingyan. 
 
Dalam NIF 2, Xiao Tingsheng telah memiliki 2 orang putera yaitu Xiao Pingzhang dan Xiao Pingjing. Pingzhang mewarisi kecerdasan ayahnya dan memilih terlibat dalam militer serta pengadilan kekaisaran, persis seperti sang ayah. Sementara Pingjing lebih memilih tinggal di Balai Lang Ya dan berkelana bebas di dunia persilatan, berlatih ilmu pedang yang mumpuni. 

Diceritakan Xiao Jingyan telah lama mangkat dan digantikan oleh anaknya. Sang Kaisar, putera Xiao Jingyan sangat menyayangi dan menghormati kakak angkatnya: Xiao Tingsheng. Tingsheng dianugerahi gelar Pangeran Changlin. Jasanya dalam mempertahankan kedaulatan Da Liang membuatnya diangkat menjadi panglima tertinggi yang memegang kendali seluruh pasukan militer di kekaisaran Da Liang. Tingsheng dan keluarganya tinggal di Istana Changlin yang di masa NIF pertama dulu merupakan kediaman Xiao Jingyan saat belum menjadi Pangeran Mahkota. 
 
Saking Sang Kaisar menghormati kakak angkatnya itu, setiap kali sebelum memutuskan hal-hal yang menyangkut pemerintahan, Kaisar selalu meminta pendapat pada Tingsheng terlebih dahulu.
 
Kedekatan hubungan adik dan kakak (Kaisar dan Tingsheng) serta berkuasanya Tingsheng atas pasukan militer membuat sebagian parlemen khawatir, iri, bahkan hingga Permaisuri murka dan curiga bahwa Tingsheng dan para keturunannya akan memberontak merebut takhta kekaisaran. 
 
Persoalan inilah yang diangkat menjadi pokok cerita dalam NIF 2. 
 
Jika NIF yang pertama menitikberatkan pada apa yang terjadi di istana setelah tragedi pemberontakan Pangeran Qi dan Pasukan Chiyan, maka di NIF 2 menitikberatkan pada kisah terjadinya pemberontakan itu sendiri: Pangeran Changlin dan Pasukan Changlin. 
 
Lalu yang membuat penonton begitu emosional menonton sekuel ini adalah karena kita semua tahu siapa Xiao Tingsheng. Ia yang diselamatkan dan diangkat sebagai anak oleh kaisar terdahulu. Ia yang begitu disayangi dan disematkan gelar Pangeran Changlin oleh kaisar penerus. Ia juga yang kemudian dimakzulkan oleh kaisar muda, cucu dari Xiao Jingyan, dicabut gelarnya, dan terakhir ia dan seluruh keluarganya dipaksa keluar dari Istana Changlin… padahal kita tahu, ialah Xiao Tingsheng, satu-satunya putera Pangeran Qi yang berada di garis keturunan yang justru paling berhak mewarisi takhta kekaisaran Da Liang. 
 
Ialah Xiao Tingsheng, murid kebanggaan sang guru besar Mei Changsu. 

Adegan-adegan kilas balik antara Xiao Tingsheng kecil, remaja, dan Xiao Tingsheng yang telah menua, sungguh membuat hati penonton bagai tercabik-cabik. Menamatkan NIF 2 hingga ke episode akhir dengan perasaan yang sudah terlanjur luluh lantak tidaklah mudah. Saya pun tidak menyangka bahwa kisah NIF 2 akan semenyedihkan itu. 

Alur cerita yang begitu mengalir membuat saya terkecoh menebak the lead protagonist dalam NIF 2. Dan itulah yang menarik. Dalam NIF yang pertama kita semua terpaku pada seorang Mei Changsu, namun tidak demikian dengan NIF 2. 

Untuk yang kedua kalinya, trio Sutradara, Produser, dan Penulis Skenario yang sama dengan NIF yang pertama, sungguh berhasil mengobrak-abrik emosi penonton dan semakin membuat penonton begitu jatuh hati pada serial ini (yang kelak, akan menjadi sebuah trilogi). 

Terakhir, saya pun teringat akan ucapan Kasim Gao di akhir episode NIF pertama "Angin (cobaan) yang bertiup di istana kekaisaran Da liang tidak akan pernah berhenti menerpa..." 

Begitu pula angin yang bertiup di Istana Changlin.

RP 
(Sampai ketemu di Nirvana In Fire 3, yang baru akan rilis tahun 2024 mendatang...)  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klotok Boat Drag Race

Misteri Arak Cina

Nirvana In Fire (2015)