Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Selamat Jalan Ibu (3)

Jika seseorang bertanya padaku, “Darimana asalmu, Ratu?” Aku akan bercerita seperti ini. Leluruhku adalah turunan seorang dewi. Ia berparas ayu. Ia berbicara tidak seperti orang-orang berbicara dengan lidah mereka yang pintar-pintar itu, sebab ia hanyalah seseorang yang terlalu sederhana. 

Selamat Jalan Ibu (2)

Gambar
Catatan: Tulisan ini diambil dari catatan lama saya tanggal 28 November 2009. * * *

Selamat Jalan Ibu (1)

Catatan:  Tulisan Selamat Jalan Ibu bagian 1 ini saya sertakan lagu Selamat Jalan Kekasih (Rita Effendi). Lagu ini mengingatkan saya pada hari-hari bersama Ibu di RS Kanker Dharmais, Jakarta (sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir di RS Pusat Pertamina, Jakarta, 10 tahun silam, 28 November 2001). Hari-hari itu seingat saya ada sinetron di televisi yang di ujung tayangnya selalu memutar lagu itu, hingga di suatu malam saat giliran saya jaga di rumah sakit menemani Ibu, sebelum kami tidur tiba-tiba Ibu berbisik, "Nanti kalau Ibu udah boleh pulang ke rumah, Putti nyanyiin pake piano lagu Selamat Jalan Kekasih untuk Ibu ya?" 

Jin Kuningan

Sewaktu Ibu meninggal, saya mewarisi dua barang miliknya. Pertama: sebuah televisi berwarna merek Toshiba buatan tahun 1999 dengan layar maha cembung selebar 29 inci yang sekarang terlihat sangat kuno. Kedua: sebuah guci yang tutupnya telah lama hilang. 

Tentang Percintaan (1)

Ini cerita nyata tentang seorang sahabat. Ia perempuan, karirnya tergolong bagus, kehidupan sosial dan ekonominya pun baik-baik aja. Nyaris nggak ada masalah yang berarti. Secara fisik dia cukup menarik. Tapi, orangnya memang agak jutek dan keras kepala.

Sebuah Pesan Kecil Dari Semesta

Setiap adzan Maghrib tiba seperti biasa saya ke luar ruangan kerja membiarkan kepala yang rumit seharian menghirup udara segar sambil mengamati pergantian waktu menjelang petang. Biasanya saya sekalian mencari Mas Hurdi, office boy di kantor, sekadar bertanya menu makan malam apa yang disajikan (ya, di kantor kami memang disediakan makan parasmanan 3 kali sehari).

Mengalah Pada Apa?

Setiap hari kerja menuju kantor, saya melewati jalan yang cukup ramai karena ada pasar di dekat situ yang kebetulan bersebelahan dengan persimpangan. Sebagai pengendara dan pengguna jalan yang (selalu berusaha untuk) patuh, saya nyetir cukup hati-hati mengingat ramainya kondisi jalan dan berhenti saat lampu merah sekalipun kadang saya ingin protes karena sangat nggak berimbangnya waktu antara lampu hijau dan lampu merah, jadi seringkali saya mesti menunggu lama hingga giliran lampu hijau berikutnya.

Everyone Has That One Suckest Day And One Hellest Moment

Yes, everyone.

Sebotol Mawar dan Mawar Temanku Patah Hati

Menyimpan mawar semestinya bukan di dalam botol sebab ia bisa segera layu kemudian mati, tapi di luar botol, di tempat di mana segala sesuatu bisa terjadi. Di samping tempat tidur boleh, di bingkai jendela boleh, di dekat cermin juga boleh. Pokoknya di luar botol.

Pesan Singkat :)

Gambar
Tadi malam, tepat sehari setelah saya menulis blog berjudul Membiarkan Dalam Waktu  tiba-tiba saya menerima pesan singkat di  bbm yang bikin saya tertawa kecil:

Membiarkan Waktu

Saya termasuk orang yang senang menyendiri, membiarkan waktu berjalan begitu saja.