Membiarkan Waktu

Saya termasuk orang yang senang menyendiri, membiarkan waktu berjalan begitu saja.

Dalam beberapa kejadian, saya bisa menghilang (dari beberapa lingkar pertemanan) cukup lama tanpa penjelasan apa-apa sesudahnya. Selama kurun waktu itu saya tetap melakukan kegiatan rutin, juga kegiatan lain yang saya rasa nggak perlu diketahui banyak orang. Saya hanya membiarkan waktu berjalan tanpa terlihat ada peran serta saya di dalamnya. Dan saya nggak merasa harus menjelaskan apa-apa tentang kebiasaan ini. Lalu, jika di masa-masa itu ada beberapa kesempatan baik yang terlewat, biasanya saya tersenyum kecut.

Karena kebiasaan ini, salah pengertian kerap kali terjadi pada sejumlah teman. Sebagian akan bilang: ah Putti 'kan gitu. Suka-suka dianya sendiri. Ngilang. Seorang teman lama pernah kebingungan cuma karena saya nggak menjawab satupun dari pesan-pesan yang dia kirim. Ketika dia tahu nomor HP saya masih sama (bahkan nomor HP saya nggak pernah berubah sejak awal), dia marah pada saya. Kebekuan yang aneh itu baru mencair setelah kami bertemu lagi beberapa tahun kemudian. Itupun, saya nggak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Karena memang nggak ada (hal spesial) yang terjadi.

Saya ingin mengubah kebiasaan ini tapi nggak tahu kenapa sangat sulit. Barangkali ini persoalan niat. Ya niat sih sudah ada. Tapi menjalankannya sangat sulit. Atau barangkali ini persoalan jera. Tapi saya pernah mengalami berada di posisi sebaliknya: didiamkan cukup lama oleh seorang teman tanpa penjelasan kenapa dan itu sangat nggak enak. Jadi siapa bilang saya belum jera?

Time multiplies misunderstanding. I know. I just don't know how to live with it.  


Postingan populer dari blog ini

Klotok Boat Drag Race

Misteri Arak Cina

Nirvana In Fire (2015)