Setiap Koper Harus (Ditandai) Senorak Mungkin (Dari Sebuah Catatan Panjang, Bagian 6)

Ada 4 jenis oleh-oleh yang saya bawa sewaktu pertama kali pulang ke rumah untuk fieldbreak dari proyek Batu Hijau:
1. Kain tenun khas Lombok dan Sumbawa.
2. Ayam Taliwang khas Lombok (ya, Taliwang adalah nama sebuah kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat, tapi makanan berjudul Ayam Taliwang nggak ada kaitannya dengan kecamatan Taliwang).
3. Madu khas Sumbawa.
4. Susu kuda khas Sumbawa.

Semua oleh-oleh tadi, terutama ayam, madu, dan susu, telah dipak serapi dan seaman mungkin, sehingga nggak akan bocor jika terjadi benturan keras. Lalu semuanya saya masukan ke dalam koper milik saya.

Karena saya belum pernah bepergian sendiri sejauh itu dan selama itu, jadi saya memang nggak pernah punya koper besar. Koper milik saya cuma koper hitam polos ukuran kabin yang dibeli oleh almarhumah Ibu di sebuah toko koper di daerah Jalan Ciateul, Bandung, sesaat setelah saya lulus kuliah dulu.

Singkatnya, saya merasa semua oleh-oleh tadi aman untuk dibawa dalam koper dan disimpan di bagasi pesawat.

Karena lelah, saya tertidur selama di dalam pesawat menuju Jakarta. Dua jam kemudian saya terbangun dengan bintang-bintang berkeliling di atas kepala. Bintang-bintang itu nggak mau pergi ketika saya menunggu bagasi padahal saya sudah minum air putih banyak-banyak. Selama menunggu Ayah menjemput, saya sempat tertidur (lagi) di deretan kursi kosong dengan koper sebagai alasnya. Dua puluh menit kemudian (barangkali), HP saya bunyi. Ayah sudah menunggu di parkiran.

Saya sedang berjalan menggeret koper menuju parkiran masih dengan bintang-bintang di atas kepala, ketika saya sayup-sayup mendengar nama "Ratu Putti" dipanggil beberapa kali melalui pengeras suara, agar datang ke ruangan lost and found.

Saya berhenti sejenak dan memperhatikan nama yang tertera di tiket. Ya, nama Ratu Putti ternyata pasaran juga, kata saya dalam hati, sambil tetap bergegas menuju mobil.

Tiba di rumah, seluruh bintang-bintang tadi hilang semuanya. Barangkali karena saya terlalu bergembira dan bersemangat memamerkan oleh-oleh pada orang-orang serumah. Setelah bercerita dengan fasih tentang suku dan budaya Sumbawa, saya bilang "ayo tutup mata!" lalu pelan-pelan membuka resleting koper yang nggak dikunci.......
.......kemudian bingung.

2 kotak berisi Ayam Taliwang nggak ada di situ. Sebagai gantinya, ada 4 bungkus ikan asin dari berbagai jenis.
Saya buka koper makin lebar.
Beberapa lembar kain tenun khas Lombok dan Sumbawa berubah jadi sebuah sarung bapak-bapak, beberapa lembar baju koko dan kemeja, dan sebuah peci hitam.
Sebotol kecil madu dan sebotol kecil susu kuda Sumbawa yang sudah dipak erat dalam kotak kayu pun nggak ada. Sebagai gantinya, ada sepasang sandal jepit swallow berwarna biru.

"Ayah, kok isinya gini sih?" Saya memukul-mukul pipi dan kepala sendiri, siapa tahu saya mimpi.
"Aaaaaaak!!!" Saya berteriak. Keras sekali.

* * *

Ditemani oleh omelan Ayah, saya kembali ke Bandara SHIA di Cengkareng, lalu bergegas menuju ruangan lost and found. Tiba di ruangan itu untuk menukarkan koper, saya diceramahi petugas layaknya anak sekolah yang diceramahi Guru BP. Panjang lebar dan menyebalkan. Saya cemberut. Koper memang berhasil ditukar. Tapi saya dan Ayah kembali ke rumah tanpa bicara satu sama lain.

Tiba di rumah, semangat saya sudah hilang semuanya. Seremoni pembagian oleh-oleh jadi garing, hingga saya menemukan sebuah surat yang diselip di dalam koper. Kira-kira isinya begini:

Mbak Ratu Putti yang cantik 
Terima kasih sudah mengacaukan jadwal saya! 
Dari Pak Ahmad 
--Si Pemilik koper hitam yang tertukar oleh Mbak! 
(Dan saya tidak akan pernah lagi membeli koper hitam!) 

* * *

Tulisannya jelek. Dan besar-besar. Barangkali dia dokter. Atau barangkali karena dia sedang amat sangat marah pada saya. Tapi tidak apa. Dia menyebut saya cantik. Itu sudah cukup menyenangkan hati. Kemudian saya tertawa. Seisi rumah pun ikut tertawa.

* * *

Saya sempat menyimpan surat itu dan kemudian hilang setelah beberapa tahun kemudian. Tapi setidaknya setelah kejadian itu, saya belajar untuk menandai koper senorak mungkin.

^^

Postingan populer dari blog ini

Nirvana In Fire 2: The Wind Blows In Changlin (2017)

Misteri Arak Cina

Perempuan-Perempuan Proyek (Dari Sebuah Catatan Panjang, Bagian 3)