Kabar Baik Yang Mengejutkan (Dari Sebuah Catatan Panjang, Bagian 4)

"Diakuisisi oleh Newmont" adalah impian sebagian besar pekerja-pekerja di Proyek Batu Hijau. Bagaimana tidak, Newmont Mining Corporation melalui PT Newmont Nusa Tenggara adalah pemegang tunggal ijin eksplorasi dan eksploitasi mineral di seluruh kawasan Batu Hijau. Dengan posisinya itu, bergabung dengan perusahaan sebesar Newmont menjadi lambang prestise tersendiri. Khususnya bagi penduduk Nusa Tenggara Barat.

Untuk melaksanakan pekerjaan sipil (civil works) di seluruh kawasan Batu Hijau, Newmont saat itu menunjuk PT Fluor Daniel Indonesia, sebuah perusahaan penanaman modal asing berskala besar yang bergerak di bidang konstruksi sipil. Jadi, kala itu ada dua raksasa yang menguasai dan begitu berjaya di Batu Hijau, yaitu Newmont dan Fluor Daniel. Keduanya memiliki lusinan pasukan engineer yang berpengalaman baik di dalam maupun di luar negeri, dan didukung oleh pasukan back office yang andal.

Sekadar informasi. Fluor Daniel kemudian menunjuk sejumlah perusahaan sub-kontraktor dan vendor untuk mengerjakan pekerjaan konstruksi sipil di seluruh kawasan Batu Hijau, salah satunya adalah perusahaan tempat saya bekerja, John Holland Construction (yang belakangan hari berganti nama menjadi Leighton Contractors). Masih banyak lagi perusahaan besar ternama lainnya yang ikut andil dalam Proyek Batu Hijau, antara lain Trakindo Utama, Thiess Contractors, United Tractors, Ballast Indonesia Construction, Petrosea, dan lain-lain.

Beberapa teman seperjuangan sewaktu tinggal di barrack-hall di Concentrator satu per satu beralih dan diakuisisi oleh Newmont dan menjadi karyawan tetap. Informasi seperti itu, bagi mereka adalah serupa "kabar baik yang mengejutkan sehingga patut dirayakan".

Saya yang saat itu hanyalah karyawan baru dan masih junior di John Holland, tidak bermimpi sampai ke sana: diakuisisi Newmont. Barangkali karena saya nggak berminat untuk menetap dan menjadi warga Batu Hijau, jadi saya merasa biasa-biasa saja.

John Holland memang tidaklah sebesar Newmont Corporation. Tapi, bergabung dengan John Holland bukanlah sesuatu yang mudah dan setiap orang bisa diterima tanpa hambatan. Saya sendiri diterima melalui beberapa tahapan seleksi. Jadi, saat saya diberitahu bahwa saya lolos seleksi dan akan ditempatkan di Batu Hijau Project, bagi saya itu adalah sebuah kabar baik yang mengejutkan (sekalipun saat itu saya merasa gelap banget, seperti apakah Batu Hijau Project itu).

Saya menandatangani kontrak kerja dengan begitu semangat, sekalipun agak kaget ketika membaca bagian "pemberlakuan jam kerja dan rotasi field break". Jam kerja di proyek adalah setiap hari pukul 06.00 pagi sampai 18.00 sore, 7 hari kerja (Senin sampai Minggu tanpa jeda, tanpa mengenal tanggal merah ataupun hari libur), dengan rotasi field break 3-9 (3 bulan di proyek, 9 hari cuti), yang tak lama berubah menjadi 3-14.

Kekagetan itu terbukti ketika hari pertama tiba di proyek. Rumah tinggal Tongoloka belum siap ditempati dan dihuni oleh kami para pekerja Tongoloka sehingga untuk sementara kami semua tinggal di Concentrator. Setiap hari kami bangun jam 4 subuh, mandi secepat mungkin lalu berjalan menuju mess-hall untuk sarapan.

Sarapan? Sepagi itu? Ya :)

Perut yang belum siap menerima asupan makanan sepagi itu hanya saya isi susu, jus buah, dan bubur kacang hijau. Kemudian, seluruh menu sarapan lainnya saya bawa dalam kotak sebagai bekal, biasanya nasi goreng atau mie goreng, untuk saya makan di Tongoloka sekitar pukul 8 pagi.

Itu perut saya. Perut orang Indonesia yang harus ketemu nasi. Saya sering heran melihat bule-bule yang sanggup sarapan sepagi itu dengan menu seperti ini: susu, kadang ditambah bir (satu gelas besar!), bubur kacang hijau, lalu setangkup pancake atau roti bakar dan sosis/daging asap berukuran raksasa, dan tidak membawa bekal apapun lagi.

Sarapan harus sudah selesai pukul 04.55. Lalu setelah itu, siap-siap berjalan menuju pool kendaraan (serupa terminal bis kecil). Karena jam kerja akan dimulai pukul 06.00 dan dibutuhkan waktu 1 jam perjalanan menuju Tongoloka, jadi pukul 05.00 seluruh kendaraan harus sudah siap berangkat.

Di sini ada sedikit kenangan lucu.

Kendaraan yang sanggup melintasi hutan belantara hanya mobil 4WD berban tinggi besar dan truk. Truk pengangkut buruh ini disebut man-haul. Di saat-saat awal, karena terbatasnya jumlah mobil 4WD yang cukup layak untuk melintasi hutan belantara, jadi kadang saya dan Diana nggak kebagian naik mobil sehingga kami harus naik man-haul. Sekali waktu, ada buruh yang nggak mau ngalah dan duduk di bagian depan man-haul. Jadi kami terpaksa ikut berdesak-desakan duduk di bagian belakang bersama para buruh lainnya. Begitu tiba di Tongoloka, mereka ternyata cuma mengerjai kami. Kata mereka sambil minta maaf pada kami, mereka cuma ingin tahu apakah kami ini "anak-anak manja atau anak-anak proyek yang tangguh." :))

(Istilah anak manja vs anak proyek adalah guyonan yang paling sering disebut-sebut oleh Pak Johan, Safety Officer kami.)

Begitulah. Kini saya punya cerita yang lucu tentang itu untuk dikenang: pernah naik truk man-haul duduk di belakang dan berebut tempat dengan para buruh proyek jam 5 subuh!

.......

Melewati setengah tahun pertama saya bergabung dengan John Holland, saya diberitahu bahwa perusahaan akan membagikan kaos. Kaos yang bukan sembarang kaos. Artinya, kaos ini diproduksi oleh John Holland Asia (John Holland Asia yang berkantor pusat di Kuala Lumpur ini merupakan bagian dari korporasi konstruksi besar bernama John Holland yang berkantor pusat di Melbourne, Australia). Di bagian depan kaos ini akan tercetak nama-nama karyawan tetap John Holland dari seluruh benua Asia. Tapi memang tidak semua nama akan muncul di sana. Bagaimana mungkin, jumlahnya bisa jadi melebihi 500 orang dan itu akan menutupi seluruh permukaan kaos. Jadi, saya nggak bermimpi ada nama saya tiba-tiba menyelip tercetak di antara nama-nama mereka yang sudah sekian tahun bergabung dengan perusahaan. Tapi saya tahu, beberapa senior saya di Batu Hijau namanya akan terukir di kaos perusahaan.

Ketika hari pembagian kaos tiba, seluruh karyawan dengan gembira -sekadar meramaikan suasana- berebut mengambil kaos layaknya berebut sembako. Siang itu saya sendiri masih sibuk berkutat dengan pekerjaan jadi nggak sempat ikut ramai-ramai berebut kaos.

Lalu saya mendengar Pak Julius, orang akunting kami, berteriak dengan girang: "Putti! Hey kamu anak baru! Lihat kemari, nama kamu ada perut aku!"

Saya menengok. Pak Julius memamerkan kaos itu ke arah saya. Mata saya membelalak. Ternyata benar. Ada nama saya tercetak di situ: "Ratu Putti Ranni."

:')

Nama-nama itu tersusun berdasarkan abjad. Di antara sekian banyak nama-nama itu, terdapat nama para manager kami: Tony Harvey, Sonny Swasono, dan beberapa pekerja senior John Holland di Batu Hijau Project. Di sebelah nama saya, menyusul nama President Director kami: Ray Hodgson. Saya merasa terharu.

Bagi saya, hal sekecil itu pun adalah serupa kabar baik yang mengejutkan :')

Postingan populer dari blog ini

Klotok Boat Drag Race

Misteri Arak Cina

Nirvana In Fire (2015)