Pada Sebuah Malam


Lanjutan dari tulisan sebelumnya:
Kemudian, Ada Sebuah Rahasia Yang Aku Ceritakan Pada Tuhan, Tadi Malam, Setelah Laki-Laki Itu Pergi Dengan Perut Kosong

Bagian 14~  

Kukira hari ini pagi sudah datang, sebab aku tertidur lama sekali, ribuan tahun, sepertinya.

Aku cuma ingat, semalam aku seperti termenung.

Barangkali aku sedang berdoa pada Tuhan. Aku terbaring terlentang pada sebuah rakit, terapung di atas sebuah laut yang luas dan gelap, menatap langit yang tidak memberikan apa-apa selain hujan, lalu meniupkan badainya hingga menenggelamkan tubuhku.

Tapi semalam aku seperti tersenyum. Barangkali aku sedang berbahagia, aku tidak ingat. Tangan kakiku terikat pada sebuah rakit. Aku ingin bersuara tapi air laut membuatku tersedak. Begitu pekat, menyiram luka di tubuhku.

Lalu seekor camar datang menuntun rakitku hingga berlabuh pada sebuah pulau yang muaranya bening. Aku menyusuri sungainya, mencari mataairnya, yang barangkali bisa menyembuhkan luka di tubuhku. Aku berjalan meninggalkan laut. Aku dahaga, amat dahaga. Tapi entah apa yang membuatku ingin kembali pada rakitku.

Lalu aku berdiri di muara sungai, mengikatkan sebelah tanganku pada rakitku.

Barangkali aku telah jatuh hati pada laut, dan pada malam.

* * *

This is a place where I don't feel alone 
This is a place that I call my home... 
(That Home, Cinematic Orchestra) 

Bagian 15~  

[Bersambung...] 

Postingan populer dari blog ini

Nirvana In Fire 2: The Wind Blows In Changlin (2017)

Misteri Arak Cina

Perempuan-Perempuan Proyek (Dari Sebuah Catatan Panjang, Bagian 3)