Dalam Hutanku
Lanjutan dari tulisan sebelumnya:
Tentang Sebuah Lukisan (2)
Bagian 16~
Januari adalah bulan yang selalu saya ingat. Barangkali karena ia adalah bulan pertama di setiap pergantian tahun, barangkali juga karena ada penanda di situ.
Seperti yang terjadi suatu saat dulu, beberapa tahun yang lalu, di sebuah sore di bulan Januari ketika saya sedang duduk di teras di tempat tinggal saya di Pulau Sebuku, pedalaman Kalimantan Selatan. Sebuah tempat yang saya kenang sebagai "hutan yang demikian baik".
Lalu saya melukis beberapa bait kata pada secarik kertas. Mengenang sesuatu yang belum pernah terjadi.
Dalam hutanku, kulucuti seluruh suciku, kutanggalkan seluruh inginku,
kupetakan seluruh indahku
Dalam hutan-hutanku, aku tersenyum
Mengintip di balik daun-daun yang jatuh di setiap musim gugur
Dalam hutanku, seluruh hutan-hutanku,
kumemujamu, dengan darah dan airmata.
* * *
20 Januari 2014.
Tentang Sebuah Lukisan (2)
Bagian 16~
Januari adalah bulan yang selalu saya ingat. Barangkali karena ia adalah bulan pertama di setiap pergantian tahun, barangkali juga karena ada penanda di situ.
Seperti yang terjadi suatu saat dulu, beberapa tahun yang lalu, di sebuah sore di bulan Januari ketika saya sedang duduk di teras di tempat tinggal saya di Pulau Sebuku, pedalaman Kalimantan Selatan. Sebuah tempat yang saya kenang sebagai "hutan yang demikian baik".
Lalu saya melukis beberapa bait kata pada secarik kertas. Mengenang sesuatu yang belum pernah terjadi.
Dalam hutanku, kulucuti seluruh suciku, kutanggalkan seluruh inginku,
kupetakan seluruh indahku
Dalam hutan-hutanku, aku tersenyum
Mengintip di balik daun-daun yang jatuh di setiap musim gugur
Dalam hutanku, seluruh hutan-hutanku,
kumemujamu, dengan darah dan airmata.
* * *
20 Januari 2014.